Jumat, 11 Juli 2014

JAMUR..... OH ....JAMUR.

              Beberapa hari yang lalu, saya mendapat tlp dari teman Subang, Beliau bercerita bahwa membudidayakan jamur tiram di kampungnya yang ada di wilayah pesisir jawa barat. Beliau bertanya berapa kali harus melakukan penyiraman dalam sehari?. Tentu saja saya tidak bisa menjawab dengan pasti berapa kali harus melakukan penyiraman, hal ini tentu saja tergantung dari kondisi didalam kubung itu sendiri. jadi tidak bisa kita samakan antara kumbung yang satu dengan yang lain. ada kumbung yang menggunakan atap asbes, resulo, genting, dsb. ada pula lantai yang dibeton rabat ada pula yang berupa tanah biasa ataupun dilapisi bata kosong atau dilapisi abu jerami. Pada dasarnya kondisi kumbung hanya pemilik yang tahu kapan dan berapa kali dilakukan penyiraman. Jadi betul apa yang di katakan Bp Narto (Maguwoharjo Jogjakarta) bahwa budidaya jamur tiram tidak ada aturan baku dalam proses budidayanya. Jamur tiram adalah jamur kondisional dalam arti kata menyesuaikan dengan lokasi budidaya. Dalam budidaya jamur tiram, feeling kita sangat diperlukan dalam pemeliharaannya. jadi pengalaman dari satu teman dan teman lainnya hanyalah bahan referensi yang belum tentu dapat kita terapkan sepenuhnya didalam kumbung yang kita kelola.
              Didalam proses sterilisasi demikian juga, ada yang menggunakan drum ditutup plastik, drum yang ditutup drum separo. Ada yang menggunakan kayu bakar ada pula yang menggunakan gas. Pada intinya selama proses yang kita lakukan dapat menghasilkan jamur dengan kondisi bagus dan pengeluaran yang masih tejangkau maka itulah yang harus kita lakukan. Sekali lagi tidak ada aturan baku dalam budidaya jamur tiram ini.
               Ada lagi pertanyaan dari teman Subang, yaitu hama sejenis kecoa tapi tidak bersayap. Untuk wilayah Grobogan di sebut "CERE". Serangga ini banyak kita temukan berada didalam kumbung budidaya. Cere tersebut memakan jamur tiram sehingga penampilan jamur kita tidak bisa bagus, kadan memakan batang, kadang juga memakan tudung jamur. Penyemprotan dengan insektisida dimungkinkan tetapi sangat tidak dianjurkan. Saya dengan tidak sengaja berhasil mengurangi serangan hama tersebut dengan melakukan penyemprotan pupuk organik cair. Hal ini tidak sengaja saya lakukan, dengan harapan meningkatkan kapasitas produksi maka saya lakukan penyemprotan pupuk organik terhadap jamur yang masih kuncup, ternyata jamur lebih berbobot dan lebih keras dari biasanya dan yang tak kalah menyenangkan adalah jamur bebas dari serangan hama tersebut. Mungkin aroma dari pupuk organik tersebut yang menyebabkan hama tersebut tidak memakan jamur.
                Pertanyaan lain dari teman subang adalah kenapa miselium mogok tumbuh, hanya separo dari log. menurut saya hal ini terjadi karena proses sterilisasi yang kurang steril, artinya didalam proses sterilisasi bakteri, mikroba maupun bibit bibit jamur yang ada didalam media tidak bisa mati sehingga mengganggu pertumbuhan miselium didalam log kita. Jalan keluarnya adalah memperbaiki proses sterilisasi yang kita lakukan. Bisa karena waktu sterilisasi yang kurang lama, api kurang besar, ataupun alat sterilisasi yang kurang standar.
                Demikian sekedar coretan dari saya semoga ada manfaat buat kita semua. Salam buat teman saya Heri Nurcipta yang ada di Bandung, Juga salam buat teman SUBANG. SUWUN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar